top of page

Bagaimana efektifitas kualitas pembelajaran di masa pandemi dan penanganan permasalahan buta aksara

Jurnalis : Airlangga Kusuma Agung

Pendidikan yang terselenggara di masa pandemi ini dirasa kurang efektif karena, ketika apabila kita berbicara tentang indikator atau presentasenya dalam kategori disini adalah peringkatnya secara pasti apakah Indonesia menduduki peringkat bawah secara sistem pendidikanya tapi terkait dengan masa pandemi ini apa saja yang mungkin hilang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di masa pandemi yang pertama adalah terkait dengan sistem pendidikan saat ini terdapat beberapa wilayah kabupaten atau kota jangankan di Indonesia, di jawa timur ini masih kurangnya akses atau fasilitas terkait dilakukan pendidikan secara online atau daring, yang kedua adalah Kekurangan fasilitas itu mengakibatkan jalannya pendidikan secara transfusi tidak dapat berjalan secara maksimal, Yang ketiga adalah akibatnya adalah Adanya pendidikan di masa pandemi ini bukannya malah meningkatkan kualitas anak didik kita baik di lingkup sekolah maupun perkuliahan tapi dapat malah menurunkan kualitas pendidikan di indonesia.


Dilansir dari kutipan sebuah statement dari Bapak Menteri Nadiem Makarim dia mengutarakan bahwasannya, hal ini dapat kita lihat dari kutipan Mendikbud Dikti menginginkan sekali adanya perkuliahan atau sistematika pendidikan secara offline kembali karena memang mendikbud menilai pendidikan secara daring di masa pandemi ini tidak maksimal serta kurikulum-kurikulum itu tidak dapat dibentuk secara total jadi mengakibatkan perbedaan-perbedaan pendapat di setiap sekolah ataupun di lingkungan perkuliahan, hal itu yang mengakibatkan turunnya peningkatan kualitas pendidikan di indonesia. Meskipun terdapat sebuah jalan keluar adanya salah satu konsep dari kemendikbud yaitu guru penggerak itu merupakan sebuah konsep dimana setiap sekolah itu dapat membentuk sebuah community dimana community itu dapat membentuk suatu kurikulum bagi sekolah tersebut. Hal ini dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa disini terdapat banyak sekali evaluasi pendidikan di masa pandemi ini karena fasilitas kurang memadai, kurikulum tidak terbentuk secara maksimal, banyak sekali tenaga pengajar atau tenaga pendidik yang tidak memiliki sebuah pengetahuan atau kemampuan untuk memanfaatkan sebuah media teknologi sehingga mengakibatkan suatu pelajar atau mahasiswa tidak mendapatkan edukasi yang baik dari mata pelajaran maupun mata kuliahnya.


Dilansir dari kutipan Mas Andre beliau mengatakan, Kita bisa lihat di beberapa kota ketika pendidikan dilakukan secara daring pada masa pandemi, banyak anak yang seharusnya bersekolah tapi tidak mendapatkan pendidikan secara optimal, apakah efektifitas pendidikan secara daring baik pelajar yang bersekolah ataupun mahasiswa yang berkuliah itu tidak efektif, jadi memang kita mengharapkan sebuah sistematika seperti yang diterapkan di beberapa negara tidak bisa karena kita belum mampu untuk menerapkannya, di tahun 2045 anak muda yang sekarang akan mengisi post-post struktural yang ada di Indonesia seperti entah dia ikut terjun di dunia pemerintahan ataupun di beberapa sektor itu akan menjadikan mereka sebagai generasi emas, apabila saat ini pendidikan tidak terselenggara dengan baik dan normal kembali, makanya hal ini dapat mengakibatkan pendidikan di masa pandemi dilakukan secara daring ini tidak efektif dan dampaknya maka tidak akan terasa sekarang tapi hal ini dapat kita rasakan 10 hingga beberapa tahun setelahnya.


Pemerintah memberikan solusi dengan adanya diberikan subsidi kuota kepada tenaga pendidik, pelajar dan juga mahasiswa, apabila ini dirasa efektif oleh pemerintah namun hal ini dapat juga dirasa kurang efektif oleh beberapa kalangan, karena juga bisa adanya kendala seperti kurangnya penguasaan teknologi untuk mengelola subsidi kuota tersebut, dan juga kurangnya fasilitas seperti hp dan laptop sebagai sarana penunjang pendidikan secara daring di masa pandemi ini.


Mengenai beberapa bulan yang lalu adanya wacana pengenaan pajak di sektor pendidikan, Mas Andre memberikan suatu statement seperti ini “jika misalkan pemerintah telah mengetuk palu untuk membuat kebijakan tersebut dengan menerapkan pajak pada sektor pendidikan akan berdampak untuk keberlangsungan kedepannya”. hal ini bisa dilihat saja di suatu studi perkuliahan ada biaya untuk spp, ukt, lalu juga ada spi, jika nantinya kebijakan pajak itu diterapkan menjadi semakin berdampak pada kondisi keuangan masyarakat secara luas. Dalam teori lesson e-kontrak mengatakan pemerintah dan juga masyarakat atau negara itu sepakat membentuk negara pemerintahan dengan konsepsi bagaimana caranya pemerintah tersebut akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.


Hal itu juga yang mendasari apabila kita melihat kutipan dari seorang anggota DPR mengatakan negara dilarang berbisnis dengan rakyatnya sudah dari terdahulu semenjak adanya pemerintahan negara republik Indonesia, hal itu akan diperparah jika nantinya sektor pendidikan dikenai pajak berapa persen nantinya hal itu akan berdampak yang pertama adalah pemerintah pada saat ini harus melawan stigma dari masyarakat dimana pendidikan dianggap tidak penting oleh masyarakat nantinya masyarakat akan menilai bahwa lebih baik bekerja dibandingkan harus berkuliah terlebih dahulu hal ini akan menimbulkan stigma masyarakat bahwa nantinya akan sama-sama bekerja, apabila nantinya sektor pajak ini akan diterapkan banyak anak-anak di Indonesia yang tidak bersekolah dan juga banyak para pelajar yang tidak akan melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi dan juga akan berdampak untuk kedepannya serta reformasi birokrasi pada sektor pemerintahan tidak akan pernah terjadi.


Menurut Mas Andre beliau mengungkapkan terkait penanganan buta aksara yang ada di masyarakat di sekitar kita. Buta aksara itu bisa diakibatkan atau disebabkan oleh ketidakpedulian beberapa kalangan masyarakat yang tidak dapat menjangkau ataupun dijangkau oleh sektor pendidikan sehingga menyebabkan kasus buta aksara yang tinggi serta bisa jadi kasus buta aksara terjadi oleh faktor ekonomi seperti "contoh seseorang harus bekerja dan tidak sempat untuk belajar serta banyak masyarakat buta aksara itu bisa menghitung uang tetapi tidak bisa membaca huruf".

‘’Maka bagaimana cara kita mengatasi permasalahan buta aksara ini yang pertama adalah ciptakan sebuah wadah edukasi untuk masyarakat agar dia mampu belajar mengenai aksara, yang kedua adalah ciptakan sebuah bentuk kesadaran kepada masyarakat bahwasannya belajar aksara itu adalah sebuah hal yang penting, yang ketiga adalah konsisten dalam melakukan sebuah edukasi atau pembelajaran kepada masyarakat buta aksara hal ini yang dapat dilakukan untuk menuntaskan permasalahan buta aksara’’ ujar Mas Andre.


Mas andre mengatakan bahwa salah satu program yang kita dapat lakukan untuk memberantas buta aksara yaitu program berantas buta aksara yang ada di Kementrian Kemasyarakatan pada BEM Universitas UPN Veteran Jawa Timur, karena pada saat ini yang dapat kita lakukan adalah suatu bentuk pengabdian kepada masyarakat. ‘’Contoh ada beberapa masyarakat yang buta aksara di wilayah wonokromo kita bisa kesana kita teliti berapa orang yang mengalami buta aksara, berapa jumlah masyarakat yang mengalami buta aksara, apa yang kita bisa lakukan untuk memberantas buta aksara tersebut yaitu pengabdian kepada masyarakat”.


Menurut mas Andre beliau mengatakan, “Metode itu sifatnya fluktuatif yang berarti berubah-ubah jadi metode itu bisa tercipta setelah kita tau kondisi lapangan seperti apa, maka yang dapat kita lakukan dengan metode awareness atau kepedulian, dimana maka dia merasa kasihan bagaimana caranya dan dia juga peduli kepada kalian yang menawarkan terhadap permasalahan terhadap buta aksara, hal yang dapat kalian lakukan adalah membantu mereka berjualan dahulu sehingga pada akhirnya mereka punya sebuah beban moral yang memang harus dia lakukan hal ini adalah salah satu metode yang dapat kita lakukan untuk memberantas buta aksara" ujarnya.


Comments


bottom of page