top of page

Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia

Jurnalis : Nabila Athifah Zahr



Dewasa ini kerusakan lingkungan seperti kebakaran hutan, perubahan iklim besar-besaran, hingga pencemaran limbah semakin masif terjadi. Perilaku manusia yang kurang peduli dengan lingkungan menjadi penyebab masalah-masalah tersebut tidak kunjung usai. Upaya preventif menjadi salah satu cara dalam mencegah dan menangani masalah kerusakan lingkungan, yaitu dengan menerapkan Pendidikan Lingkungan Hidup. Pendidikan Lingkungan Hidup tidak hanya sebatas memahami teori. Namun, pendidikan ini juga mencakup aspek tingkah laku sebagai implementasi kepedulian lingkungan.


Pendidikan Lingkungan Hidup sudah lama dicetuskan oleh para peneliti dan pegiat lingkungan atas dasar kerisauan terhadap penurunan kualitas sumber daya alam di bumi. Maka dari itu, pada tahun 1975 para peneliti dan pegiat lingkungan melakukan konferensi PBB untuk merumuskan definisi, tujuan, dan manfaat Pendidikan Lingkungan Hidup. Perumusan ini berlanjut pada pengembangan sistematika Pendidikan Lingkungan Hidup di tingkat Internasional, ASEAN, dan Indonesia.

  1. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Tingkat Internasional

Titik awal Pendidikan Lingkungan Hidup bermula saat konferensi PBB di Stockholm, Swedia tahun 1972 mengenai “Human Environment”. Swedia merekomendasikan program internasional yaitu Pendidikan Lingkungan Hidup. UNESCO menindaklanjuti gagasan tersebut dengan membuat konferensi di Belgrade dan di Tbilisi. Dari konferensi tersebut menghasilkan rumusan definisi, tujuan, dan manfaat Pendidikan Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut.

“Pendidikan Lingkungan Hidup adalah sebuah proses yang bertujuan dalam membangun populasi dunia yang berkesadaran dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan secara keseluruhan dan berbagai problem yang terkait dengannya, dan yang mana memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan, motivasi, dan komitmen untuk bekerja secara individu dan bersama-sama untuk menemukan penyelesaian terhadap masalah-masalah yang saat ini muncul dan mencegah munculnya masalah baru.”

Atas dasar konferensi perumusan gagasan Pendidikan Lingkungan Hidup pada tanggal 5 Juni 1972, maka pada tanggal 5 Juni diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup.

  1. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Tingkat ASEAN

Setelah dicetuskannya Pendidikan Lingkungan Hiduppada tahun 1972, negara-negara ASEAN semakin masif melakukan pengembangan program ini. Rencana program Pendidikan Lingkungan Hidup negara-negara anggota ASEAN telah dirumuskan dalam ASEAN Environmental Education Action Plan 2000-2005. Perumusan ini merupakan tonggak sejarah yang penting dalam upaya kerja sama regional antarsesama negara anggota ASEAN dalam upaya peningkatan pelaksanaan pendidikan lingkungan di masing-masing negara anggota ASEAN. Indonesia juga turut aktif dalam menyusun kerangka kerja dan pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup.

  1. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia

Perkembangan penyelenggaraan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia dimulai pada tahun 1979 ketika IKIP Jakarta menyusun Garis-garis Besar Program Pengajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta. Pada tahun 1979 juga dibentuk Pusat Studi Lingkungan (PSL) di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta. Bersamaan dengan itu pula mulai dikembangkannya pendidikan AMDAL oleh semua PSL di bawah koordinasi Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg-PPLH).

Sejak tahun 1989 hingga saat ini berbagai pelatihan tentang lingkungan hidup telah diperkenalkan oleh Departemen Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD, SMP dan SMA termasuk Sekolah Kejuruan. Program yang mendukung pengembangan lingkungan hidup juga terus dikembangkan, seperti program adiwiyata tingkat sekolah.

Prakarsa pengembangan pendidikan lingkungan juga dilakukan oleh berbagai LSM. Pada tahun 1996/1997 terbentuk Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL) antara LSM-LSM yang berminat dan menaruh perhatian terhadap pendidikan lingkungan. Hingga tahun 2001 tercatat 76 anggota JPL yang bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan.


Sehubungan dengan semakin masifnya kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia, Kelompok Kerja Pendidikan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Lingkungan Hidup (Pokja PKSDH & L) membagi perkembangan kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia ke dalam tiga periode, yaitu :


a. Periode 1969-1983 (periode persiapan dan peletakan dasar)

Periode peletakan dasar ini terjadi saat IKIP Jakarta menyusun Garis-garis Besar Pendidikan dan Pengajaran (GBPP) bidang lingkungan hidup untuk pendidikan dasar. Selain itu penyusunan GBPP untuk pendidikan dasar, beberapa perguruan tinggi juga mulai mengembangkan Pusat Studi Lingkungan (PSL) yang salah satu aktivitas utamanya adalah melaksanakan kursus-kursus mengenai analisis dampak lingkungan (AMDAL). Program studi lingkungan dan konservasi sumberdaya alam di beberapa perguruan tinggi juga mulai dikembangkan.

b. Periode 1983-1993 (periode sosialisasi)

Pada periode ini, sosialisasi pendidikan lingkungan dilakukan pada jalur formal dan informal. Pada jalur pendidikan formal, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, materi pendidikan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan konservasi SDA telah diintegrasikan ke dalam kurikulum 1984. Selama periode ini, berbagai pusat studi seperti Pusat Studi Kependudukkan (PSK) dan Pusat Studi Lingkungan (PSL) baik di perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta terus bertambah jumlah dan aktivitasnya. Bahkan isu dan permasalahan lingkungan hidup telah diarahkan sebagai bagian dari Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) yang harus diterima oleh semua mahasiswa pada semua program studi atau disiplin ilmu.

Pada periode ini sosialisasi masalah lingkungan hidup juga dilakukan terhadap kalangan administratur negara. Di samping itu, selama periode ini pula banyak LSM serta lembaga nirlaba lainnya yang didirikan dan ikut mengambil peran dalam mendorong terbentuknya kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku peduli lingkungan. Secara keseluruhan, perkembangan kegiatan pendidikan, penyuluhan, dan penyadaran masyarakat di atas tidak saja terjadi di Jakarta tetapi juga di daerah-daerah lainnya.


c. Periode 1993 – sekarang (periode pemantapan dan pengembangan)

Salah satu hal yang menonjol dalam periode ini adalah ditetapkannya Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei 1996. Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Departemen P & K juga terus mendorong pengembangan dan pemantapan pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran guru, menggalakkan bulan bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK , program sekolah asri, dan lain-lain.


Dengan mengetahui perjalanan dan perkembangan pendidikan Pendidikan Lingkungan Hidup, diharapkan dapat menjadi jalan dalam mencapai pembangunan berkelanjutan dalam aspek lingkungan sekaligus sebagai upaya menjaga bumi. Meskipun sistem Pendidikan Lingkungan Hidup masih memiliki kekurangan dalam penerapannya, kita harus berupaya menjaga lingkungan dengan menerapkan langkah-langkah kecil seperti prinsip 5R yaitu reduce, reuse, recycle, recovery, dan repair . Dengan demikian, Pendidikan Lingkungan Hidup bisa membawa dampak yang signifikan bagi masyarakat luas dan lingkungan.


Sumber


Comments


bottom of page